Jumat, 24 Mei 2013

BUNGA (FLOS) - bagian 2

Diposting oleh Unknown di 05.52

Bagian-bagian bunga
                        Bunga pada umunya mempunyai bagian-bagian berikut :
a.       Tangkai bunga (pedicellus), yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang, padanya seringkali terdapat daun-daun peralihan, yaitu bagian-bagian yang menyerupai daun, berwarna hijau, yang sekana-akan merupakan peralihan dari daun biasa ke hiasan bunga.
b.      Dasar bunga  (receptaculum), yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar, dengan ruas-ruas yang amat pendek, sehingga daun-daun yang telah mengalami metamorfosis menjadi bagian-bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama lain, bahkan biasanya lalu tampak duduk dalam satu lingkaran.
c.       Hiasan bunga (perianthum), yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan daun yang masih tampak berbentuk lembaran dengan tulang-tulang atau urat-urat yang masih jelas. Biasanya hiasan bunga dapat dibedakan dalam dua bagian yang masing-masing duduk dalam satu lingkaran. Jadi bagian bagian hiasan bunga itu umumnya tersusun dala satu lingkaran :
1.      Kelopak (kalyx), yaitu bagian hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar, biasanya berwarna hijau, dan sewaktu bunga masih kuncup merupakan selubungnya, yang melindungi kuncup tadi terhadap pengaruh-pengaruh dari luar. Kelopak terdiri atas beberapa daun kelopak (sepala). Daun-daun kelopak pada bunga dapat berkelakatan satu sama lain, dapat pula terpisah-pisah.
2.      Tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla), yaitu bagian hiasan bunga yang terdapat pada lingkaran dalam, biasanya tidak berwarna hijau lagi. Warna bagian inilah yang lazimnya merupakan warna bunga. Mahkota bunga terdiri atas sejumlahnya daun mahkota (petala), yang seperti halnya dengan daun-daun kelopak dapat berlekatan atau tidak.
Pada suatu bunga seringkali tidak kita dapati hiasan bunganya. Bunga yang demikian dinamakan bunga telanjang (flos nudus), misalnya pada patikan (Euphorbia hirta L), atau hiasan bunga tadi tidak dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkotanya, dengan lain perkataan kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupu warnanya. Hiasan bunga yang demikian sifatnya dinamakan : tenda bunga  (pergonium), yang terdiri atas sejumlah daun tenda bunga (tepala), misalnya pada kembang  sungsang (Gloriosa superba L)., lilia gereja (Lilium longiflorum Thunb)
d.      Alat-alat kelamin jantan (androecium), bagian ini sesungguhnya juga merupakan metamorfosis daun yang menghasilkan serbuk sari. Androecium terdiri atas sejumlah benang sari (stamen). Pada bunga benang-benang sarinya dapat pula bebas atau berlekatan, ada yang tersusun dalam satu lingkaran ada pula yang dalam dua lingkaran. Bahwasanya bagian ini merupakan penjelmaan daun, masih dapat terlihat misalnya pada bunga tasbih (Canna hybrida Hort), yang benang sarinya yang mandul berbentuk lembaran-lembaran menyerupai daun-daun mahkota.
e.       Alat-alat kelamin betina (gynaecium), yang pada bunga merupakan bagian yang biasanya disebut putik (pistillum). Juga putik terdiri atas metamorfosis daun yang disebut daun buah (carpella). Pada bunga dapat ditemukan satu atau beberapa putik. Dan setiap putik dapat terdiri atas beberapa beberapa daun buah, tetapi dapat pula hanya terdiri atas satu daun buah. Kalau ada beberapa daun buah, maka biasanya semuanya semuanya akan tersusun sebagain lingkaran bagian-bagian bunga yamg terakhir.
Melihat bagian-bagian yang terdapat pada bunga (tangkai dan dasar bunganya tidak diperhitungkan), maka bunga dapat dibedakan dalam :
1.    Bunga lengkap atau bunga sempurna (flos completus), yang terdiri atas : 1 lingkaran daun-daun kelopak, 1 lingkaran daun-daun mahkota, 1 atau 2 lingkaran benang-benang sari dan satu lingkaran daun-daun buah. Bunga yang bagian-bagiannya tersusun dalam lingkaran 4 lingjkaran dikatakan : bersifat tetrasiklik, dan jika bagian-bagiannya tersusun dalam lima lingkaran: pentasiklik.terpenting
2.    Bunga tidak lengkap  atau bunga tidak sempuran (flos incompletus), jika salah satu bagian hiasan bunganya atau salah satu alat kelaminnya tidak ada. Jika bunga tidak mempunyai hiasan bunga, maka bunga itu disebut telanjang (nudus), jika hanya mempunyai salah satu dari kedua macam alat kelamin-kelaminnya, dinamakan berkelaminan tunggal (unisexualis).
Bunga yang mempunyai tenda bunga (perigonium), jadi jika kelopak dan mahkotanya sama bentuk maupun rupanya, seringkali dianggap sebagai bunga yang tidak lengkap pula.
Kelamin Bunga
Seperti telah diuraikan di atas, bunga biasanya mempunyai dua macam alat kelamin, dan justru alat-alat itulah yang sesung­guhnya merupakan bagian bunga yang terpenting. karena dengan adanya alat-alat tersebut dapat kemudian dihasilkan alat-alat perkembangbiakan atau calon tumbuhan baru.
Berdasarkan alat-alat kelamin yang terdapat pada masing­masing bunga, orang membedakan:
a.       bunga banci atau berkelamin dua (hermaphroditus), yaitu bunga, yang padanya terdapat benang sari (alat kelamin jantan) maupun putik (alat kelamin betina). Bunga ini seringkali dinamakan pula bunga sempurna atau bunga lengkap, karena biasanya pun jelas mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak dan mahkota, misalnya bunga terung (Solanum melongena L.). Ditunjukkan dengan lambang: Z;5 .
b.      bunga berkelamin tunggal (unisexualis), jika pada bunga hanya terdapat salah satu dari kedua macam alat kelaminnya. Berdasarkan alat kelamin yang ada padanya dapat dibedakan lagi dalam:
1.      bunga jantan (flos masculus), jika pada bunga hanya ter­dapat benang sari tanpa putik, misalnya bunga jagung yang terdapat di bagian atas tumbuhan. Bunga jantan seringkali ditunjukkan dengan lambang: 6 .
2.      bunga betina (flos femineus), yaitu bunga yang tidak mem­punyai benang sari, melainkan hanya putik saja, misalnya bunga jagung yang tersusun dalam tongkolnya. Bunga betina ditunjukkan dengan lambang: 9 .
c.       bunga mandul atau tidak berkelamin, jika pada bunga tidak terdapat baik benang sari maupun putik, misalnya bunga pinggir (bunga pita) pada bunga matahari (Helianthus an­nuus L.).

Penelitian mengenai jenis kelamin bunga, menunjukkan bahwa satu batang tumbuhan, misalnya sebatang tanaman jagung, dapat memperlihatkan dua macam bunga, yaitu bunga jantan yang tersusun sebagai bulir majemuk pada ujung tanaman dan bunga betina yang tersusun sebagai tongkol dan terdapat dalam ketiak­-ketiak daunnya. Bertalian dengan kelamin bunga yang terdapat pada suatu tumbuhan, orang membedakan tmbuhan yang:
a.       berumah satu (monoecus), yaitu tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu (satu batang tumbuhan), misalnya jagung (Zea mays L.), mentimun (Cucumis sativus L.), jarak (Ricinus communis L.),
b.      berumah dua (dioecus), jika bunga jantan dan bunga betina ter­pisah tempatnya, artinya ada individu yang hanya mendukung bunga jantan saja, dan ada inddividu yang hanya mendukung bunga betina saja, misalnya salak (Zalacca edulis Reinw.),
c.       poligam (polygamus), jika pada satu tumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina, dan bunga banci bersama-sama, misalnya pada papaya (Carica papaya L.). Biasanya poligami dimaksud untuk menunjukkan sifat tumbuhan bertalian dengan sifat bunga tadi yang memperlihatkan suatu kombinasi bukan berumah satu dan juga bukan .berumah dua. Suatu contoh telah diberikan mengenai hal itu pada tumbuhan papaya. Di samping contoh tersebut masih ada kemungkinan lain mengenai letak bunga pada tumbuhan yang dianggap bersifat poligam.
suatu jenis tumbuhan bersifat:
-          gynodioecus: jika pada suatu individu hanya terdapat bunga betina saja, sedang pada individu lain bunga banci. Gejala ini terdapat pada berbagai jenis tumbuhan yang berbunga berbibir (Labiatae),
-          androdioecus: jika pada individu yang satu hanya terdapat bunga jantan saja, sedang pada yang lain terdapat bunga ban­ci, misalnya pada*Dryas octopetala.
-          monoeco-polygamus: jika pada satu individu terdapat bunga­bunga jantan, betina, dan banci bersama-sama, misalnya pada papaya (carica papaya L.),
-          gynomonoecus: jika pada satu individu terdapat bunga betina dan bunga banci bersama-sama,
-          trioecus atau trioeco-polygamus: jika bunga jantan, bunga betina, dan bunga banci masing-masing terdapat terpisah pada individu yang berlainan.
Pembagian Tempat Antara Bagian Bunga Yang Satu Dengan Bagian Yang Lain
Dalam uraian pendahuluan mengenai bunga telah diterangkan, bahwa bagian-bagian bunga yang merupakan metamorfosis daun (kelopak, mahkota, benang sari, dan daun buah) dapat kita jumpai dalam susunan yang berbeda-beda, yaitu:
-          terpencar, tersebar, atau menurut suatu spiral (acyclis),
misalnya bunga cempaka (Michelia champaca L.),
-          berkarang, melingkar (cyclis), jika daun-daun kelopak, benang­benang sari, dan daun-daun buah, masing-masing tersusun dalam suatu lingkaran, misalnya bunga terung (Solanum melongena L.),
-          campuran (hemicyclis), yaitu jika bagian-bagian bunga tadi ada yang duduk berkarang, sedang sebagian lain duduk terpencar, misalnya bunga sirsat (Annona muricata L.).
Dalam hubungannya dengan letak bagian-bagian bunga itu. selanjutnya dengan penelitian yang saksama masih dapat ditemukan kenyataan berikut.
Jika bagian-bagian bunga tadi duduknya berkarang, dar. setiap lingkaran memuat bagian bunga yang sama jumlahnya. misalnya ada 3 daun kelopak, 3 daun mahkota, 2 lingkaran benang sari yang masing-masing memuat 3 benang sari, dan 3 daun buah. maka letak bagian-agian tadi pada bunga dapat:
a.       berseling (alternatio), yaitu jika bagian-bagian suatu lingkarar terletak di antara dua bagian lingkaran di bawahnya atau d: atasnya,
b.       berhadapan atau tumpang tindih (superpositio), jika masing­masing bagian dalam setiap lingkaran berhadapan satu sama lain.
Pada umumnya bunga mempunyai bagian-bagian yang duduknya berseling, bahkan sifat berseling (alternatio) ini dianggap sifat mutlak, jadi merupakan semacam dalil. Jika pada suatu bunga terdapat bagian-bagian yang berhadapan. ada kemungkinan besar. bahwa pada bunga itu ada bagian yang telah hilang (tereduksi). Dalam hal yang demikian, bagian bunga yang dianggap hilang ialah bagian yang seharusnya terletak di antara dua lingkaran yang berhadapan tadi.
Simetri pada Bunga
Simetri adalah sifat suatu benda atau badan yang juga biasa disebut untuk bagian-bagian tubuh. tumbuhan (batang, daun. maupun bunga), jika benda tadi oleh sebuah bidang dapat dibagi menjadi dua bagian, sedemikian rupa, sehingga kedua bagian itu saling dapat menutupi. Jadi, seandainya bidang itu kita jadikan tern- pat untuk melipat, maka benda tadi dapat dijadikan suatu benda yang setangkup atau simetris. Dapat pula dikatakan demikian: bidang pemisah tadi dapat dianggap merupakan sebuah cermin datar dan bagian yang satu merupakan bayangan cermin bagian yang lainnya. Bidang yang dapat dibuat untuk memisahkan suatu benda dalam dua bagian yang satu sama lain merupakan bayangan­nya dalarr cermin datar tadi, dinamakan bidang simetri.
Bunga sebagai suatu bagian tubuh tumbuhan dapat pula mempunyai sifat tersebut di atas, dan bertalian dengan simetri itu dapat dibedakan bunga yang:
a.       asimetris atau tidak simetris, jika pada bunga tidak dapat dibuat satu bidang simetri dengan jalan apapun juga, misalnya bunga tasbih (Canna hybrida Hort.),
b.      setangkup tunggal (monosimetris atau zygomorphus), jika pada bunga hanya dapat dibuat satu bidang simetri saja yang membagi bunga tadi menjadi dua bagian yang setangkup. Sifat ini biasanya ditunjukkan dengan lambang (anak panah).
Bergantung pada letaknya bidang simetri, bunga yang setangkup tunggal dapat dibedakan lagi dalam 3 macam:
1.      setangkup tegak, jika bidang simetrinya berimpit dengan bidang median, misalnya bunga telang (Clitoria ternatea L.),
2.      setangkup mendatar, jika bidang simetrinya tegak lurus pada bidang median, dan tegak lurus pula pada arah vertikal, misalnya bunga Corydalis.
3.      setangkup miring, jika bidang simetrinya memotong bidang median dengan sudut yang lebih kecil (lebih besar) dari 90°, misalnya bunga kecubung (Datura mete L.),
c.       setangkup menurut dua bidang (bilateral simetris atau disimetris), dapat pula dikatakan setangkup ganda, yaitu bunga yang dapat dijadikan dua bagian yang setangkup menurut dua bidang simetri yang tegak lurus satu sama lain, misalnya bunga lobak (Raphanus satiuus L.) dan bunga tumbuhan lain yang sesuku (Cruciferae).
d.      beraturan atau bersimetri banyak (polysimetris, regularis, atau actinomorphus), yaitu jika dapat dibuat banyak bidang simetri urTh-i membagi bunga itu dalam dua bagiannya yang setangkup, misalnya bunga lilia gereja (Lilium longiflorum Thunb.). Bunga yang beraturan seringkali ditunjukkan dengan lamban (bintang).

Letak Daun-daun Dalam Kuncup
Baik dalam kuncup daun maupun dalam kuncup bunga, bagian-bagiannya yang berupa daun-daun itu terletak sedemikian rupa, hingga bagian tumbuhan yang bersangkutan dapat dijadikan tanda pengenal. Mengenai keadaan daun-daun dalam kuncup itu dapat dibedakan dua hal, yaitu:
a.       pelipatan daun-daun itu dalam kuncup (vernatio),
b.      letak daun-daun dalam kuncup terhadap daun-daun lainnya (aestivatio).
Berikut akan diuraikan bagaimana keadaan bagian-bagian bunga, khususnya mengenai kelopak dan mahkotanya, sewaktu bunga masih dalam keadaan kuncup.
a.       Pelipatan (uernatio) daun-daun kelopak dan mahkota.
Pada bunga yang masih kuncup keadaan daun-daun kelopak dan mahkota dapat bermacam-macam, a.l. dapat disebut:
1.      rata (uernatio plana), jika daun-daun dalam kuncup tidak memperlihatkan suatu lipatan, tetapi rata,
2.      terlipat ke dalam sepanjang ibu tulangnya (terlipat ke arah adaxial), (vernatio conduplicata atau uernatio duplicata),
3.      terlipat sepanjang tulang-tulang cabangnya (uernatio plicata),
4.      terlipat tidak beraturan (uernatio corrugativa),
5.      tergulung ke dalam menurut poros bujur (vernatio in­valuta),
6.      tergulung ke luar menurut poros bujur (uernatio reuoluta),
7.      tergulung ke satu arah menurut poros bujur (uernatio con­uoluta),
8.      tergulung ke dalam menurut poros lintang (uernatio cir­cinatim inuoluta),
9.      tergulung ke luar menurut poros lintang (vernatio cir­cinatim reuoluta),
10.  terlipat ke bawah dan ke dalam (uernatio inclinata),
11.  telipat menurut poros lintang keluar (uernatio reclinata)

b.      Letak daun-daun kelopak dan mahkota terhadap sesamanya (aesivatio)
Mengenai hal ini pun ada bermacam-macam susunan, di an­taranya yang sering kita jumpai ialah:
1.      terbuka (aperta), jika tepi daun-daun kelopak atau mahkota tidak bersentuhan sama sekali satu sama lain,
2.      berkatup (valvata), jika tepi daun-daun kelopak atau mahkota saling bertemu (bersentuhan) tetapi tidak berlekatan,
3.      berkatup dengan tepi melipat ke dalam (induplicativa),
4.      berkatup dengan tepinya melipat keluar (reduplicativa),
5.      menyirap, tepi saling menutupi seperti susunan genting atau sirap (imbricata). Susunan daun-daun kelopak atau daun­daun mahkota yang saling menutupi ini dapat lagi dibedakan dalam:
a.       yang terpuntir ke satu arah, (conuoluta atau contorta), yaitu jika letak daun-daun kelopak atau mahkota nampak seakan-akan terpuntir, yang menurut arah putarannya dapat dibedakan lagi dalam:
-          terpuntir ke kiri (sinistrorsum-contortus), jika -arab putaran sesuai dengan arah putaran jarum jam, sehingga tepi yang sebelah kiri yang selalu di bagian atas menutupi tepi kanan sesamanya,
-          terpuntir ke kanan (dextrorsum-contortus), jika arah putaran berlawanan dengan arah putaran jarum jam, sehingga dengan demikian tepi kananlah yang selalu di bagian atas menutupi tepi kiri sesamanya.
Jika arah putaran sesuai dengan arah putaran daun (mengikuti spiral genetik), disebut: autotrop, jika tidak dinamakan: heterotrop.
b.      mengikuti rumus 2/5 (quincuncialis), jika arah putaran tadi menyebabkan letak daun-daun kelopak atau mahkota seperti duduk daun yang mengikuti rumus 2/5 Dalam hal ini biasanya Ialu terdapat dua daun sama sekali di luar (no. 1 dan 2), dua daun sama sekali di dalam (no. 4 dan 5), dan satu daun yang tepinya satu di sebelah luar dan tepi lainnya di sebelah dalam.
c.       kohlearis (cochlearis), mengikuti garis spiral seperti pada rumah siput, jika pada bunga dengan 5 daun kelopak atau lima daun tajuk: 1 daun sama sekali di luar, 1 daun sama sekali di dalam, sedang yang 3 lainnya tepi yang satu di luar dan tepi yang lainnya di dalam. Susunan yang kohleat.ini dapat dibedakan lagi dalam:
-          kohlearis visinal atau kohlearis berdekatan (cochlearis paratact), jika daun yang sama sekali di dalam letaknya langsung berbatasan dengan daun yang sama sekali di luar,
-          kohlearis distal atau kohlearis berjauhan (cochlearis apotact), jika daun yang sama sekali di luar dan daun yang sama sekali di dalam tidak langsung berbatasan, tetapi di antaranya ada daun yang tepinya satu di luar dan lainnya di dalam.
Seterusnya mengenai susunan kohlearis ini dapat disebut lagi perbedaan menurut letak daun yang paling luar terhadap sumbu pokok, yaitu:
-          kohlearis turun, jika daun yang paling luar letaknya dekat dengan sumbu pokok (adaxial),
-          kohlearis naik, jika yang paling dekat dengan sumbu pokok daun yang paling dalam, sedang daun yang pa­ling luar menjauhi sumbu pokoknya (abaxial).
Susunan daun-daun kelopak dan daun-daun mahkota dengan tepi yang saling menutupi dapat dibedakan lagi menurut asli atau tidaknya susunan yang demikian tadi. Dalam hubungan ini orang lalu membedakan:
a.     susunan yang etop (eutopus), artinya: letak daun-daun kelopak/mahkota yang saling menutupi itu memang sesuai dengan urut-urutan pembentukannya, jadi sifat itu merupakan sifat yang asli,
b.  susunan yang metatop (metatopus), jika letak daun-daun kelopak/mahkota yang saling menutupi itu merupakan akibat adanya perubahan-perubahan pada susunan yang asli.
Susunan yang etop masih banyak dijumpai pada susunan daun-daun kelopak, sedang pada daun-daun mahkota
kemungkinan letak yang metatop lebih besar, karena menurut urutannya mahkota tersebut lebih kemudian, sehingga letaknya dipengaruhi oleh bagian-bagian bunga yang sudah ada (terbentuk lebih dahulu).


2 komentar:

Sri mengatakan...

Thanks..

NiPutuLaksmiFD mengatakan...

Makasih ya artikel ini bagus dn,membantu

Posting Komentar

 

ShiningSHINee Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea