Jumat, 24 Mei 2013

BUNGA (FLOS) - bagian 3

Diposting oleh Unknown di 05.56

Dasar Bunga (Receptaculum atau Torus)
Telah dikemukakan, bahwa bunga dapat dianggap sebagai tunas yang mengalami metamorfosis dan dasar bunga adalah tidak lain dari ujung batang yang terhenti pertumbuhannya, biasanya menebal atau melebar, dan menjadi pendukung bagian-bagian bunga yang merupakan metamorfosis daun, yaitu kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik. Karena terhentinya pertumbuhan batang, ruas-ruasnya menjadi amat pendek, oleh sebab itu bagian­bagian bunga yang berasal dari daun lalu tersusun amat rapat satu sama lain, hanya pada beberapa macam bunga saja masih tampak beruas-ruas, misalnya pada bunga cempaka (Michelia champaka L.).
Dasar bunga sering memperlihatkan bagian-bagian yang khusus mendukung satu bagian bunga atau lebih, dan bergantung pada bagian bunga yang didukungnya, bagian dasar bunga tadi diberi nama yang berbeda-beda.
a.       pendukung tajuk bunga atau antofor (anthophorum), yaitu bagian dasar bunga tempat duduknya daun-daun tajuk bunga, seperti terdapat pada bunga anyelir (Dianthus caryophyllus L.),
b.      pendukung benang sari atau androfor (androphorum), bagian dasar bunga yang seringkali meninggi atau memanjang dan menjadi tempat duduknya benang sari, misalnya pada bunga maman (Gynandropsis pentaphylla D.C.),
c.       c pendukung putik atau ginofor (gynophorum), suatu pening­gian pada dasar bunga yang khusus menjadi tempat duduknya putik, seperti terdapat pada bunga teratai besar (Nelumbium nelumbo Druce) dan cempaka (Michelia-champaca L.),
d.      pendukung benang sari dan putik atau androginofor (an­drogynophorum), bagian dasar bunga yang biasanya meninggi dan mendukung benang sari dan putik di atasnya, misalnya pada bunga markisah (Passiflora quadrangularis L.),
e.       cakram (discus); di samping bagian-bagian tersebut di atas pada dasar bunga seringkali terdapat semacam peninggian atau ban­talan berbentuk cakram yang seringkali mempunyai kelenjar­kelenjar madu, misalnya pada bunga jeruk (Citrus sp.).

Bentuk Dasar Bunga
Di muka telah disebutkan, bahwa dasar bunga biasanya menebal atau melebar dan memperlihatkan bermacam-macam ben­tuk, misalnya:

a.       rata, hingga semua bagian bunga duduk sama tinggi di atas dasar bunga, berturut-turut dari luar ke dalam: kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik, misalnya pada bunga manggistan (Garcinia mangostana L.). Dalam keadaan yang demikian bakal buah dikatakan duduknya men umpang (superus),
b.      menyerupai kerucut, hingga putik yang berada di tengah­tengah duduknya paling tinggi, juga di sini duduknya bakal buah dikatakan menumpang (superus),
c.       seperti cawan. Daun-daun kelopak dan tajuk bunga duduknya seakan-akan pada tepi bangunan seperti cawan tadi, sedang putik di tengah pada bagian dasar bunga yang lebih rendah letaknya daripada tempat duduknya kelopak dan tajuk bunga. Dalam hal ini putik mempunyai bakal buah yang bebas tidak berlekatan dengan pinggirnya dasar bunga. Bakal buah di sinipun masih dikatakan menumpang (superus),
d.      bentuk mangkuk. Juga dalam hal ini kelopak dan tajuk bunga lebih tinggi letaknya daripada putik. Bakal buahnya terletak di bagian dasar bunga yang le,gok dan sebagian bakal buah berlekatan dengan pinggir dasar bunga. Bakal buah dinamakan setengah tenggelam (semi inferus).
Dari uraian mengenai bentuk dasar bunga itu dapat kita lihat, bahwa hiasan bunga dapat lebih tinggi atau lebih rendah letaknya dibanding dengan duduknya bakal buah. Berdasarkan sifat itu bunga dapat dibedakan dalam 3 golongan, yaitu yang:
1.      hipogin (i), jika hiasan bunga tertanam pada bagian dasar bunga yang lebih rendah daripada tempat duduknya putik, misalnya bunga johar (Cassia siamea Lmk.),
2.      perigin (perigynus), jika letak hiasan bunga sama tinggi atau sedikit lebih tinggi daripada duduknya putik seperti pada dasar bunga yang berbentuk cawan, misalnya pada bunga bungur (Lagestroemia speciosa Pers.),
3.      epigin (epigynus), misalnya pada dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala dengan bakal buah yang tenggelam, sehingga seringkali seakan-akan hiasan bunga duduk di bagian atas bakal buah tadi, misalnya pada bunga daun kaki kuda (Centella asiatica Urban.).

Kelopak (Calyx)
Daun-daun hiasan bunga yang merupakan Iingkaran luar, biasanya berwarna hijau. lebih kecil dan lebih kasar daripada hiasan bunga yang sebelah dalam. Bagian ini disebut kelopak (calyx).
Kelopak itu berguna sebagai pelindung bunga, terutama waktu bunga masih kuncup (sebelum mekar). Jika bunga sudah mengadakan persarian dan pembuahan, biasanya kelopak lalu run­tuh, jarang sekali tetap sampai terbentuk buah. Kelopak yang tetap dan akhirnya ikut merupakan bagian buah misalnya pada ciplukan (Physalis minima L.). terong (Solarium melongena L.).
Kelopak merupakan bagian hiasan bunga yang masih jelas sebagai organ yang beasal dari daun. Selain warnanya yang biasanya hijau, juga bentuknya banyak yang masih menyerupai daun, jarang mempunyai bentuk yang lain, misalnya seperti bulu, seperti terdapat pada bunga tumbuhan yang termasuk suku Com­positae.
Pada bunga daun putri (Mussaenda frondosa L.) salah satu daun kelopaknya amat lebar, berbentuk daun biasa dan mem­punyai warna yang menarik, seakan-akan supaya mendapat perha­tian, oleh sebab itu daun ini juga dinamakan daun pemikat ("lokblad"). Daun pemikat terdapat pula pada bunga tumbuhan lain. hanya saja tidak selalu berasal dari daun kelopak, seperti misalnya pada bugenvil (Bougainvillea spectabilis Wilid.), yang pada setiap kelompok bunga selalu terdapat 3 bunga, masing­masing dengan satu daun pemikat yang berkumpul menjadi satu kelompok, seakan-akan hanya merupakan satu bunga saja, dan warna daun pemikat inilah yang menyebabkan orang banyak menanam bugenvil sebagai tanaman hias. Di sini daun pemikat adalah metamorfosis daun pelindung, bukan metamorfosis daun kelopak.
Pada tumbuhan yang tergolong dalam suku Malvaceae, seperti misalnya kapas (Gossypium sp.), kembang sepatu (Hibiscusrosa-sinensis L.), di luar lingkaran kelopak bunga, bunganya masih mempunyai daun-daun yang menyerupai kelopak, yang pada kapas justru amat besar dan menyelubungi seluruh bunga, yang disebut kelopak tambahan (epicalyx).


Kelopak tersusun atas bagian-bagiannya yang dinamakan daun kelopak (sepala). Pada bunga daun-daun kelopak mem­punyai sifat yang berbeda-beda.
a.       berlekatan (gamosepalus). Pada kelopak biasanya yang berlekatan hanya bagian bawah daun-daun kelopaknya saja, bagian atasnya yang berupa pancung-pancungnya tetap bebas.
Menurut banyak sedikitnya bagian yang berlekatan (atau panjang pendeknya pancung-pancung di bagian atas kelopak), dibedakan 3 macam kelopak, yaitu kelopak yang:
1.      berbagi (partitus), jika hanya bagian kecil daun-daun saja yang berlekatan, pancung-pancungnya panjang, lebih dari separoh panjang kelopak.
2.      bercangap (fissus), jika bagian yang berlekatan kira-kira meliputi separoh panjangnya kelopak, jadi pancung­pancungnya kira-kira juga separohnya.
3.      berlekuk (lobatus), jika bagian yang berlekatan melebihi separoh panjang kelopak, jadi pancung-pancungnya pendek saja.

Pancung-pancung itu sesungguhnya merupakan bagian atas daun-daun kelopak, sehingga dengan menghitung jumlah pancung-pancungnya dapat diketahui pula, kelopak tesusun atas berapa daun kelopak. Dengan mengkombinasikan sifat perlekatan dan jumlah pancung-pancung, kelopak bunga dapat dilukiskan seperti contoh berikut: kelopak berbagi 5, berlekuk bercangap 5, dst.
b.      lepas atau bebas (polysepalus), jika daun-daun kelopak yang satu dengan yang lain benar-benar terpisah-pisah, sama sekali tidak berlekatan.
Melihat simetrinya, bentuk kelopak yang bermacam-macam itu dapat dibedakan dalam 2 golongan, yaitu yang:
a.       beraturan atau aktinomorf (regularis, actinomorphus), jika kelopak dengan beberapa cara dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup (simetris). Kelopak yang beraturan, a.l. meliputi kelopak-kelopak yang berbentuk:
-          bintang - piala
-          tabung - corong
-          terompet - lonceng, dll
-          mangkuk
b.      setangkup tunggal atau zigomorf (zygomorphus). Kelopak yang bersifat demikian antara lain kita jumpai pada kelopak yang:
-          bertaji (calcaratus), seperti terdapat misalnya pada bunga pacar air (Impatiens balsamina L.),
-          berbibir (labiatus), yaitu kelopak yang bagian bawahnya berlekatan berbentuk tabung atau buluh, bagian atasnya berbelah dua seperti bibir atas dan bawah, misalnya pada bunga salvia (Salvia splendens Ker-Gawl.).
Walaupun tadi telah dikemukakan. bahwa kelopak biasanya berwarna hijau seperti daun biasa. tidak berarti bahwa mengenai hal itu tidak ada perkecualian sama sekali. Nyatanya ada pula kelopak yang mempunyai warna menarik seperti tajuk bunganya, misalnya pada bunga asam (Tamarindus indica Li, ada pula yang selain ber­warna juga bersifat tebal, berdaging, dan dapat dimakan, misalnya pada tumbuhan yang lazimnya dinamakan prambos, tetapi sebenar­nya adalah sejenis rosela (Hibiscus sabdariffa fa. victor).
Tajuk bunga atau Mahkota Bunga (Corolla)
Tajuk bunga atau mahkota bunga merupakan hiasan bunga yang terdapat di sebelah dalam kelopak, umumnya lebih besar, dengan warna yang indah, menarik, dengan bentuk susunan yang bagus, tidak jarang pula mempunyai bau yang harum atau sedap (tetapi banyak pula yang sama sekali tidak berbau atau malahan mempunyai bau yang busuk seperti bangkai), dan dianggapnya bahwa warna yang indah atau baunya tadilah yang menyebabkan serangga tertarik pada bunga (juga binatang-binatang lain, misalnya: burung dan kelelawar) yang seringkali datang mengun­jungi bunga untuk mencari makanan. Tumbuhan memang memerlukan adanya kunjungan binatang-binatang tadi, karena mereka dapat menjadi perantara berlangsungnya penyerbukan,
Jika penyerbukan sudah terlaksana, boleh dikatakan bahwa tugas tajuk bunga sudah selesai, oleh sebab itu biasanya tajuk bunga lalu tampak menjadi layu dan kemudian gugur. Gugurnya tajuk bunga biasanya disertai oleh gugurnya benang sari dan kelopaknya.
Selain berfungsi sebagai alat yang mempunyai daya penarik, tajuk bunga juga berfungsi untuk melindungi alat-alat persarian (benang sari dan putik) sebelum persarian dapat berlangsung.
Bagian-bagian tajuk bunga dinamakan daun tajuk atau - daun mahkota (petala), dan seperti halnya dengan daun-daun
daun-daun mahkota bunga menunjukkan sifat yang :erbeda-beda pula:
a.       berlekatan (sympetalus, gamopetalus, atau monopetalus). Dalam keadaan yang demikian, pada tajuk bunga dapat dibedakan 3 bagian berikut •
1.      tabung atau buluh tajuk
2.      pinggiran tajuk
3.      leher tajuk..
Selain dari itu pada daun-daun tajuk dapat pula ditemukan alat-alat tambahan, seperti misalnya sisik-sisik, rambut-rambut, dll.
b.      lepas atau bebas (choripetalus, dialypetalus, atau polypetalus), jika daun-daun tajuk terpisah-pisah satu sama lain. Dalam kea­daan demikian pada setiap daun tajuk dapat dibedakan:
1.      kuku daun tajuk (unguis), ialah bagian bawah daun tajuk yang tidak lebar dan seringkali lebih tebal daripada bagian lainnya.
2.      helaian daun tajuk (lamina), yaitu bagian yang lebar dan biasanya tipis.
Sama halnya dengan daun-daun tajuk yang berlekatan, juga pada daun tajuk yang bebas satu sama lain itu dapat pula ditemukan alat-alat tambahan lainnya.
c.       daun-daun tajuk tidak ada atau sangat kecil sehingga sama sekali tidak menarik perhatian. Bunga tanpa tajuk bunga (apetalus) seringkali dinamakan pula bunga telanjang (flos nudus).
Sesuai dengan sebutan-sebutan yang digunakan untuk melukiskan daun-daun kelopak atau kelopaknya, dasar itu dipakai pula untuk melukiskan tajuk bunga yang berlekatan, jadi kita dapat menggunakan sebutan: tajuk bunga berbagi 5, bercangap 5 dan seterusnya, disesuaikan dengan banyaknya daun mahkota dan banyak sedikitnya perlekatannya.
Tajuk bunga pun seperti halnya dengan kelopak mempunyai bentuk yang bermacam-macam, dan berdasarkan simetrinya dapat pula dibedakan dalam yang:
a.       beraturan (regularis), bila tajuk bunga dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup dengan beberapa cara. Bentuk ini jugs dinamakan polisimetris atau bersimetri banyak (regularis atau actinomorphus).
Tajuk bunga yang beraturan meliputi a.l. bentuk-bentuk:
bintang (rotatus atau stellatus), misalnya tajuk bunga lom­bok (Capsicum annuum L.),
tabung (tubulosus), misalnya bunga tabung pada bunga matahari (Helianthus annuus L.),
terompet (hypocrateriformis), misalnya bunga jantan pada papaya (Carica papaya L.),
mangkuk atau buyung (urceolatus),
corong (infundibuliformis), misalnya bunga kecubung (Datura mete L.),
lonceng (campanulatus), misalnya bunga ketela rambut (Ipomoea batatas Poir.).
b. setangkup tunggal, bersimetri satu, atau monosimetris (zigomorphus), jika tajuk bunga hanya dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup dengan satu cara saja.
Tajuk bunga yang monosimetris atau zigomorf seringkali mempunyai sifat atau bentuk yang khas, misalnya:
bertaji (calcaratus), yaitu jika tajuk bunga mempunyai suatu bagian yang bentuknya mengingatkan kita pada taji pada kaki ayam jantan, misalnya bunga larat (Dendrobium phalaenopsis Fitzg.).
berbibir (labiatus), jika tajuk bunga seakan-akan dibelah dua, sehingga tepinya merupakan dua bibir. Tajuk bunga demikian ini umum terdapat pada jenis tumbuhan yang tergolong suku Labiatae, misalnya: kemangi (Ocimum basilicum L.) dan pada beberapa suku lainnya, a.l. Acan‑haceae, Scrophulariaceae.
mempunyai tajuk yang terdiri atas 5 daun tajuk yang bebas, tetapi 2 di antaranya lazimnya bersatu, merupakan suatu badan berbentuk sekoci atau perahu. Dua daun tajuk yang berlekatan ini biasanya sempit dan terdapat di bagian bawah, biasanya dinamakan lunas (carina).
Berhadapan dengan lunas, jadi di sebelah atas terdapat sehelai daun tajuk yang paling besar (lebar) yang dinamakan bendera (vexillum). Antara kedua bagian tadi terdapat 2 daun tajuk lagi yang ke samping, satu ke kanan dan satunya lagi ke kiri. Kedua daun tajuk ini dinamakan sayap (ala). Ta­juk bunga yang demikian lazim terdapat pada kacang­kacangan (Papilionaceae), misalnya kacang tanah (Arachis hypogaea L.), kedelai (Glycine soja Benth.), dll.
bertopeng atau berkedok (personatus). Tajuk bunga mem­punyai dua bibir seperti bunga yang berbibir, akan tetapi bibir yang bawah melengkung ke atas menutupi lubang buluh ta­juk. Bagian bibir yang melengkung ke atas itulah yang dinamakan topeng atau kedok (palatum), seperti misalnya pada bunga mulut singa (Anthirrhinum majus L.).
berbentuk pita (ligulatus), Bagian bawah tajuk bunga ini berlekatan mempakan buluh atau tabung yang kecil, bagian atasnya berbentuk pita (dengan pada ujungnya sering masih tampak 5 pancung-pancung), yang menunjukkan, bahwa tajuk itu sesungguhnya terdiri atas 5 daun tajuk yang berlekatan menjadi satu. Bunga ini biasanya bunga yang mandul (tidak mempunyai alat-alat kelamin), seperti misalnya bunga-bunga pinggir pada bunga matahari (Helian­thus annuus L.). Pada bunga matahari bunga ini dinamakan pula bunga pita, dan hanya berguna sebagai pemikat saja. Tajuk bunga sungguh beraneka rupa warnanya: merah, putih, biru, kuning, merah jambu, ungu, dll. Warna tadi ada yang rata ada pula yang tidak. Ada tajuk bunga yang warnanya sebagian merah sebagian putih atau lain, ada pula yang berbintik-bintik atau Derbecak-becak, seperti banyak terdapat pada tumbuhan bastar. Tadi telah dikemukakan, bahwa tajuk bunga terutama bertugas sebagai pemikat binatang, oleh sebab itu setelah kunjungan pada bunga yang dapat menyebabkan terjadinya per­sarian, bunga seringkali lalu layu dan kemudian gugur. Biasanya umur tajuk bunga tidak seberapa lama, tetapi ada Pula bunga yang sampai berbulan-bulan belum juga menjadi layu, seperti misalnya bunga anggerik bulan (Phalaenopsis ambilis Bl.). Bila tajuk bunga menjadi layu seringkali kita lihat adanya perubahan warna, misalnya bunga kapas (Gossypium sp.), yang kalau layu berwarna
merah jambu, sedang dalam keadaan segar tajuk bunganya berwar­na kuning. Bunga yang telah layu umumnya tidak menarik lagi.
TENDA BUNGA  (Perigonium)
            Tidak semua bunga mempunyai hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan tajuk bunganya. Berbagai jenis tumbuhan mempunyai hiasan bunga yang tidak lagi dapat dibedakan mana kelopak mana dan mana tajuknya, dengan lain perkataan kelopak dan tajuk bunga sama, baik bentuk maupun warnanya. Itulah yang disebut tenda bunga (perigonium).
            Bagian-bagian yang menyusun tenda bunga dinamakan daun tenda bunga (tepala), yang menurut bentuk dan warnanya dapat dibedakan menjadi 2 golongan:
1.      Serupa kelopak (calycinus), jika warnanya hijau seperti daun-daun kelopak. Biasanya tak begitu besar dan tidak begitu menarik. Seperti terdapat pada bunga berbagai jenis palma (palmae).
2.      Serupa tajuk (corolinus), warnanya bermacam-macam seperti warna tajuk bunga, juga biasanya lebih besar dan bentuknya sering kali amat menarik pula, bahkan sering kali lebih menarik daripada tajuk bunga sesungguhnya. Bunga yang termasyhur sebagai bunga yang amat indah dan amat mahal harganya yaitu bunga anggerik (Orchidaceae). Adalah bunga yang mempunyai tenda bunga yan menyerupai tajuk. Selain pada anggerik, bunga yang mempunyai tenda bunga yang indah dapat kita temukan pula pada beberapa suku  lainnya. a. l. lilia (Liliaceae), amaril (Amarillidaceae), iris (iridaceae). dll.
     Pada daun tenda bunga (yang bersifat serupa tajuk) dapat pula dibedakan dua bagiannya, yaitu kuku (unguis) dan helaiannya (lamina). Pada daun tenda bunga dapat pula ditemukan alat-alat tambahan yang berupa sisik-sisik atau rambut-rambut seperi pada daun kelopak atau daun tajuk.
      Pada tenda bunga yang bagian-bagiannya berupa daun-daun tenda bunga ada yang:
a.       Berlekatan (gamophyllus) ( Lilium longiflorum Thunb). Tenda bunga yang berlekatan memperlihatkan bentuk yang beraneka rupa seperti pada tajuk yang berlekatan.
b.      Lepas atau  bebas (pleiophyllus) satu sama lain, seperti misalnya pada kembang sungsang (Gloriosa superba  L.).
Benang sari (Stamen)
            Benang sari bagi tumbuhan merupakan alat kelamin jantan. Seperti halnya dengan bagian-bagian bunga yang diuraikan dahulu. Benang sari pun merupakan metamorphosis daun, yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan sebagai alat kelamin jantan.
            Bahwasanya benang sari merupakan metamorphosis dari daun masih dapat terlihat dengan nyata pada bunga jenis tumbuhan tertentu, misalnya pada bunga tasbih (Canna indica L). Pada tumbuhan ini tajuk bunganya justru tidak begitu menarik. Tetapi yang berwarna indah dan menarik adalah benang sarinya yang bersifat seperti tajuk bunga.
            Pada bagian benang sari dapat dibedakan 3 bagian berikut:
1.      Tangkai sari (filamentum), yaitu bagian yang berbentuk benang dengan penampang melintang yang umumnya berbentuk bulat.
2.      Kepala sari (anthera). Yaitu bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari. Bagian ini di dalamnya biasanya mempunyai 2 ruang sari (theca). Masing-masing ruang sari semula terdiri atas dua ruangan kecil (loculus atau loculumentum).
            Dalam ruang sari terdapat serbuk sari atau tepung sari (pollen). Yaitu sel-sel jantan yang berguna untuk penyerbukan atau persarian. Ada kalanya serbuk sari tidak terbentukatau serbuk sari yang ada tidak mampu untuk mengadakan penyerbukan. Benang sari yang demikian dinamakan benang sari yang mandul
3.      Penghubung ruang sari (connectivum). Bagian ini merupakan lanjutan tangkai sari yang menjadi penghubung kedua bagian kepala sari (ruang sari) yang terdapat dikanan kiri penghubung ini.
Mengenai duduknya benang sari dibedakan 3 macam yaitu:
1.      Benang sari jelas duduk pada dasar bunga.  Tumbuhan dengan bunga yang bersifat demikian oleh DE CANDOLLE dinamakan: Thalamiflorae, misalnya jeruk (Citrus sp.).
2.      Benang sari tampak seperti duduk di atas kelopak, yang sering dapat kita lihat pada bunga yang perigin atau epigin. Tumbuhan demikian oleh DE CANDOLLE dinamakan: Calyciflorae, misalnya mawar (Rosa hybrid Hort.)
3.      Benang sari tampak duduk di ats tajuk bunga. Tunbuhan yang demikian dinamakan: Corolliflorae, a. l. anggota-anggota suku Boraginaceae, misalnya buntut tikus (Heliotropiumm indicum L.)
Mengenai jumlah benang sari pada bunga umumnya dibedakan 3 golongan:
a.      Benang sari banyak, yaitu jika dalam satu bunga terdapat lebih dari 20 benang ari seperti terdapat pada jambu-jambuan (Myrtaceae). Misalnya jambu biji (Psidium guajava L.)
b.      Jumlah benang sari 2 x lipat jumlah daun tajuknya. Dalam hal yang demikian. Benang sari biasanya tersusun dalam dua lingkaran. Jadi ada dua lingkaran. Jadi ada lingkaran luar dan lingkaran dalam. Jika duduknya masing-masing benang sari kita teliti dengan seksama. Maka mengenai duduknya benang sari terhadap daun-daun tajuk ada dua kemungkinan:
1.      Diplostemon (diplostemonus)  benang-benang sari dalam lingkaran luar duduk berseling dengan daun-daun tajuk. Misalnya pada kembang merak (Caesalpinia pulcherima swartz.)
2.      Obdiplostemon (obdiplostemonus). Jika keadaan sebaliknya. Artinya benang-benang sari pada lingkaran dalam lahyang duduknya berseling dengan daun-daun tajuknya, misalnya pada bunga geranium  (Pelargonium odoratissimum Hort).
c.       Benang sari sama banyak dengan daun tajuk atau kurang, yang dalam hal ini duduknya benang sari dapat:
1.      Episepal (episepalus), artinya berhadapan dengan daun-daun kelopak. Berarti pula berseling dengan daun-daun tajuk.
2.      Epipetal (epipitalus) artinya berhadapan dengan daun-daun tajuk.
Bertalian dengan pendek panjangnya benang sari yang terdapat pada satu bunga itu, a. l. dapat dibedakan:
a.       Benang sari panjang dua  (didynamus), jika dalam satu bunga terdapat misalnya 4 benang sari, dan dari 4 benang sari tersebut yang dua panjang, sedang yang dua lainnya pendek.
b.       Benang sari panjang empat (tetradynamus), jika misalnya dalam satu bunga terdapat 6 benang sari. Dan dari 6 tersebut yang 4 panjang dan yang 2 pendek.
Tangkai sari (Filamentum)
            Melihat berkas yang merupakan perlekatan benang-benang sari, dapat dibedakan:
a.       Benang sari berbekas satu atau benang sari bertukal satu (monadelphus). Yaitu jika semua tangkai sari pada satu bunga berlekatan menjadi satu.
b.      Benang sari berbekas dua atau benang sari bertukal dua (diadhelpus), jika benang sari terbagi menjadi dua kelompok dengan tangkai yang berlekatan dalam masing-masing kelompok.
c.       Benang sari berbekas banyak atau benang sari bertukal banyak , yaitu jika dalam satu bunga yang mempunyai banyak benang sari, tangkai sarinya tersusun menjadi beberapa kelompok atau berkas.
Kepala sari (Anthera)
            Merupakan bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari, merupakan suatu badan yang bentuknya bermacam-macam: bulat, jorong, bulat telur, bangun kerinjal, dll.
            Duduknya tangkai sari pada tangkainya dapat bermacam-macam:
a.       Tegak (innatus atau basifixus), yaitu jika kepala sari dengan tangkainya memperlihatkan batas yang jelas.
b.      Menempel (adnatus), jika tangkai sari pada ujungnya beralih menjadi penghubung ruang sari.
c.       Bergoyang(versatilis), jika kepala sari melekat pada suatu titik pada ujung tangkai sari.
Agar serbuk sari keluar dari ruang sari, kepala sari dapat membuka dengan :
a.       Dengan membujur melalui cara : menghadap ke dalam, menghadap kesamping, menghadap keluar.
b.      Dengan melintang, contohnya pada beberapa tumbuhan suka Euphorbiaceae
c.       Dengan sebuah liang pada ujung pangkal, seperti terdapat pada kentang
d.      Dengan kelep atau katup, yang jumlahnya satu atau lebih. Misalnya pada keningar.

0 komentar:

Posting Komentar

 

ShiningSHINee Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea